Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 November 2012

Diskusi | Teknik Membuka dan Menutup Diskusi

Diskusi adalah proses berpikir bersama untuk membuat sebuah keputusan. Itu merupakan pengertian diskusi secara garis besar, namun begitu diskusi juga di bagi menjadi beberapa macam. Bentuk-bentuk diskusi antara lain yaitu: diskusi kelompok, diskusi pleno, diskusi panel, debat, diskusi fak, diskusi podium,  kongres, simposium, seminar, konferensi, lokakarya, forum diskusi, dan diskusi kasualis.

Tujuan manusia berdiskusi dapat dirumuskan dalam tiga pokok berikut ini:
  1. Agar bisa menyelami dengan lebih baik dunia sekitarnya, terutama manusia-manusianya, hubungannya dengan mereka, dan juga dirinya sendiri. 
  2. Untuk merencanakan tindakan agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi secara bersama..
  3. Untuk bertindak bersama sesuai dengan yang telah direncanakan, sehingga dapat ikut serta membina dunia yang lebih baik keadaannya daripada semula. 
Diskusi - Teknik Membuka dan Menutup Diskusi

Awal Diskusi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat akan mengadakan diskusi, yaitu:
1. Menentukan tema/topik yang menarik untuk dibahas dalam diskusi.
2. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan tema/topik yang dipilih.
3. Menentukan pemimpin diskusi/ moderator. Moderator dalam diskusi bertugas:
  • menjelaskan tujuan dan maksud diskusi;
  • mengatur jalannya diskusi agar berlangsung tertib dan teratur;
  • menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan diskusi;
  • menutup diskusi dan menyiapkan laporan.
4. Menentukan panelis, pembicara, atau narasumber. Pembicara diskusi mempunyai tugas:
  • menyiapkan dan menguraikan bahan atau materi yang akan didiskusikan;
  • menyampaikan materi yang telah disiapkan;
  • menjawab tanggapan-tanggapan para peserta diskusi atau audiens.
5. Menentukan sekretaris diskusi atau notulis. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting selama jalannya diskusi.
6. Dalam diskusi biasanya muncul pendapat atau tanggapan berupa dukungan atau sanggahan terhadap pendapat peserta diskusi. Pernyataan dukungan atau sanggahan tersebut tetap harus disampaikan dengan bahasa yang baik dan santun.
Etika pada saat Diskusi berlangsung.
Dalam sebuah diskusi, Hendaknya ada etika atau hal-hal yang harus diperhatikan. Untuk itu, perlu ada aturan main yang jelas. Setiap unsur yang terlibat dalam diskusi harus mengetahui, memahami, dan melaksanakan perannya sesuai dengan tugas dan tanggunng jawabnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh ketua diskusi antara lain:
  1. Memahami aturan main diskusi; 
  2. Meimimpin diskusi dengan sabar. rainah. jujur. dan tidak memihak: 
  3. Menghargai setiap pendapat;
  4. Berbahasa yang efektif dan sopan; 
  5. Menengahi masalah apabila ada ketegangan: 
  6. Menyimpulkan pembicaraan yang dikemukakan peserta: 
  7. Bijaksana, tegas, dan disiplin. 
Etika sekretaris antara lain yaitu:
  1. Tanggap, maksudnya dapat cepat mengetahui, memahami dan mengerti pokok-pokok pembicaraan; 
  2. Tangkas, maksudnya cekatan, sigap. dan gesit dalam memahami dan menangkap isi permasalahan; 
  3. Tangguh. maksudnya kuat dalam pendirian dan prinsip; 
  4. Teliti, maksudnya hati-hati dan cermat dalam mencatat ide, gagasan, pandangan. ulasan, sanggahan atau usulan.
Etika peserta diskusi antara lain:
  1. Tempersiapkan diri sebaik-baiknya; 
  2. Ikut serta dalam pembicaraan dengan penuh perhatian; 
  3. Peka terhadap teknik-teknik diskusi; 
  4. Berbicara melaitti moderator; 
  5. Berbahasa dengan baik dan sopan: 
  6. Tidak boleh memaksakan pendapat: 
  7. Menyanggah berdasarkan bukti dan fakta yang tepat; 
  8. Menghindarkan hal-hal yang mengganggu diskusi. 
Contoh-contoh kalimat dalam diskusi.

1. Pemimpin diskusi/moderator membuka diskusi
"Saudara-saudara, perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih atas kesediaan Saudara sekalian menghadiri pertemuan pada pagi hari ini. Oleh karena semua yang diundang sudah hadir, diskusi pagi ini segera saya buka." (Bila tersedia ketoklah palu) "Sesuai dengan acara yang telah ditentukan, masalah yang akan kita diskusikan adalah . . . ." (dan seterusnya).

2. Peserta menyampaikan gagasan "Terima kasih kepada Saudara Moderator." "Saudara-saudara dalam kesempatan ini, saya akan membabas masalah yang telah ditentukakan secara sekilas oleh pembicara tentang.... " (dan seterusnya).

3. Peserta menyanggah pendapat peserta lain "Saya tertarik sekali akan uraian Saudara Yono tentang . . . Ada pendapat yang menurut saya agak kurang lengkap, yaitu, . ." (dan seterusnya).

4.  Pemimpin diskusi/moderator menerima pendapat peserta : "Terima kasih Saudara ..... dan Saudari..... Saya kira kita sudah sependapat menentukan tema...... ini " (dan seterusnya).

Diskusi dapat berlangsung dengan baik apabila teijadi hubungan yang harmonis di antara unsur-unsurnya.
Setelah moderator menutup diskusi, penulis/sekretaris bersama dengan ketua menyimpulkan hasil diskusi. Catatan selama diskusi yang dibuat oleh sekretaris bersama ketua disebut notulen. Berikut ini contoh notulen diskusi.


NOTULEN DISKUSI

Hari/tanggal              : ............
Jam                            : ............
Tempat                      : ............
Tema diskusi           : ............
Pemimpin diskusi   : ............
Yang hadir                 :............ orang

Acara : 1. Pembukaan               4. Lain-lain
              2. Pengarahan ketua   5. Penutup
              3. Inti
http://kris-smile.blogspot.com/2012/11/diskusi-teknik-membuka-dan-menutup.html
Jalannya diskusi:
............................................................

Kesimpulan :
............................................................


Demikian semoga pembahasan mengenai diskusi ini bisa menambah wawasan kita mengenai diskusi. Terimakasih.

Bacaan paling terkait : TEKNIK MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN.

Relefansi sumber :
Buku Be Smart Bahasa Indonesia Oleh Ismail Kusmayadi, dkk
Buku BAHASA INDONESIA : - Kelas XI Oleh A. Iskak & Yustinah Hal. 115
Buku Teknik Diskusi Berkelompok Oleh J. Bulatau, SJ.

Cara membuka dan menutup diskusi yang baik dan benar, teknik membuka dan menutup diskusi yang baik dan benar, ketrampilan diskusi, pengertian diskusi dan macam-macam diskusi, Cara Menyampaikan Pendapat Dalam Diskusi, Menyampaikan Persetujuan, Sanggahan, dan Penolakan Dalam Diskusi.

Sabtu, 29 September 2012

CONTOH SURAT PEMBACA YANG BAIK

CONTOH SURAT PEMBACA YANG BAIK : Surat Pembaca adalah surat yang disampaikan pembaca kepada salah satu Redaksi penerbit perihal masukan, tanggapan, usulan dll.

A. Langkah-langkah dan Tata cara membuat surat pembaca :
  1. Tema dan tulisan harus jelas singkat dan padat. 
  2. Jangan menulis terlalu panjang, dan bahasa yang diguakan harus sopan. Setelah tulisan selesai dibuat Baca lagi, sampai maksimal dan tidak perlu diedit lagi.
  3. Sebisa mungkin mengirimkan Surat Pembaca kita juga diberikan pengantar yang isinya bahwa surat yang terlampir adalah surat pembaca. 
  4. Jangan lupa lampirkan identitas diri. cantumkan Nama, Alamat, serta Nomor Telp/HP Anda yang gampang dihubungi.
  5. Kirimkan kepada alamat redaksi media Setelah semuanya siap, barulah Anda mengirimkan surat kepada redaksi yang mengasuh rubrik Surat Pembaca.
B. Contoh surat pembaca :

Banjarnegara, 1 Oktober 2012
Yth. Redaksi Suara Merdeka
Jalan Kaligawe
Assalamu’alaikum wr.wb.
        Jalan bergelombang dan membentuk kubangan jalan raya yang menghubungkan wisata Waduk Merican, dengan kecamatan Wanadadi dan rakit kabupaten Banjarnegara rusak parah. Khususnya desa Kincang kecamatan Rakit sehingga banyak pengendara sepeda motor dan masyarakat setempat yang menginginkan untuk segera diperbaiki. Sebab jalan yang melupas dan membentuk kubangan yang hampir memenuhi separuh badan jalan untuk segera diperbaiki jalan tersebut.
            Kepala Dinas Pekerja Umum Kabupaten Banjarnegara hendaknya memperbaiki jalan tersebut.
Wasalamu’alaikum wr.wb.


                                                                                              Anggra
                                                                              Banjarnegara, Jawa Tengah

C. Contoh Lampiran isi surat pengantar :

Bersama ini kami kirimkan tulisan berjudul : “Jalan bergelombang dan membentuk hubungan” untuk dimuat di Rubrik Surat Pembaca media cetak yang Bapak/Ibu pimpin. Semoga Surat Pembaca kami ini dapat dipublikasikan di media cetak Bapak/Ibu. Atas bantuan yang diberikan, kami menyampaikan terima kasih. 
Anggra (Telp. 085628234XXX)

Demikan semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Recomendasi bacaan; FILSAFAT ILMU.
Key word : cara menulis surat yang benar, cara menulis surat pembaca, contoh surat pembaca yang baik dan benar, contoh surat pembaca yang aman, bagaimana membuat surat pembaca yang baik dan benar?, tata cara membuat surat pembaca, langkah-langkah membuat surat pembaca.

Senin, 07 Mei 2012

TEKNIK MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN.

Guru harus mempunyai beberapa ketrampilan bagaimana cara membuka dan menutup pelajaran agar nantinya suasana kelas mampu berjalan dengan baik.
Membuka Pelajaran (set induction) adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman yang disajikan sehingga materi dan bahan pelajaran mudah dikuasai. Dengan kata lain, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. 
TEKNIK MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN.

Dalam otak setiap siswa itu sudah tersedia file - file sesuai dengan pengalaman masing-masing. Suatu materi pelajaran baru akan mudah diterima di otak kita, manakala sudah tersedia kapling yang relevan. Demikian juga sebaliknya, materi pelajaran baru tidak mungkin mudah dicerna manakala behan tersedia File yang relevan. Sama halnya dengan kerja sebuah komputer, kita akan sulit memasukkan data seandainya belum tersedia filenya. Oleh sebab itu agar data itu masuk dan dapat disimpan dahulu perlu disiapkan filenya. Misalnya teori tentang pesawat terbang, akan sulit diterima manakala diberikan kepada mahasiswa yang belum mengenal teori tersebut, oleh karena di otak mahasiswa itu belum tersedia file tentang teori pesawat terbang. Nah, bagaimana agar materi itu mudah diterima? Tentu saja kita harus membuat file (kapling) tentang hal-hal yang berhubungan dengan pesawat terbang. lnitah makna dari membuka pelajaran.

Tujuan dan Teknik Membuka Pelajaran 
Ada kewajiban disini yang kadang dilupakan oleh seorang guru yaitu berdoa sebelum membuka pelajaran. Berdoa adalah awalan yang wajib dilakukan agar system pelajaran dalam kelas berjalan lancar.  Dilanjutkan dengan salam kemudian menyampaikan apa kabar kepada seluruh murid atau anggota kelas. Motivasi siswa yang terpancar dari awal merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Jangan membuat tegang murid adapun jika ingin menyampaikan pertannyaan susunlah sebelumnya sebuah pertanyaan yang ringan-ringan saja. sebab rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. pada tahap ini, guru harus mampu menumbuhkan motivasi yang baik di didalam kelas.

1. Menarik perhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan : 
  • Meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk siswa 
  • Melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa misalnya dengan menggunakan alat bantu 
  • Melakukan interaksi yang menyenangkan 

2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan 
  • Membangun suasana alcrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan. 
  • Menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan. 
  • Mengaitkan materi yang akan dibicarakan atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. 

3. Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pengajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan: 
  • Mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan. 
  • Menjelaskan langah-langkah atau tahapan pengajaran, sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan. 
  • Menjelaskan target atau kemampuan yang harus dirniliki setelah pengajaran berlangsung. 

4. Faktor penting lainnya :
  • Mengaitkan Pelajaran dalam kehidupan sehari-hari : Guru selalu berusaha mengaitkan isi materi pelajaran dengan kehidupan sehari - hari siswa, tentu hal ini akan membuat pembelajaran lebih konkrit dan hidup, sehingga mempermudah pemahaman siswa
  • Memberikan Pujian : Memberikan pujian kepada murid juga dapat membangkitkan motivasi murid. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
  • Menampakan Mimik wajah yang ramah : Mimik wajah yang ramah dan tidak cemberut atau tidak memalingkan muka kepada murid menjadi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru agar murid merasa lebih lega dan tidak merasa canggung serta membagkitkan suasana kelas yan lebih menyenangkan.Memahami kapabilitas murid : Salah satu yang menjadi tantangan seorang guru adalah membantu siswa memahami relevansi atau aplikasi praktis dari tugas - tugas pembelajaran yang diberikan. Selain itu yang tidak kalah penting adalah bahwa tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan kapabilitas mereka. Jika tugas yang diberikan terlalu sulit atau terlalu mudah, mereka mungkin meakan menghindarinya karena mereka bias saja dibuat pusing atau justru bosan (Pintrich & Schunk, 2002)
  • Faktor kebersamaan : Peran penting guru yang lain adalah meyakinkan pada siswa bahwa kita terlibat bersama mereka disetiap tantangan dan berada “dalam sudut mereka” disetiap saat. Hal ini tentu saja membutuhkan strategi strategi organisasional dan personal yang fokus pada nilai dan kekuatan motivasi intrinsik dan dampak positifnya pada prestasi akademik siswa.

Sebagaimana cara kerja komputer, manakala kila sudah memasukan data dalam sebuah file, maka sebelum mengakhiri pekerjaan kita harus menyimpan dengan cara menyimpan data tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar data tersebut akan menjadi bagian dari materi yang telah ada sebelumnya. Demikian juga halnya dengan menutup pelajaran. Menutup pelajaran perlu dilakukan agar pengalaman belajar serta materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari keseluruhan pengalaman siswa. Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya denuan pengalaman sebelumnya mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pengajaran.

  • Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas, sehingga siswa memperolch gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang pokok-pokok persoalan. 
  • Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar infomiasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari lebih lanjut. 
  • Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajarinya 
  • Memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.
  • Menutup dengan salam dan do'a.

Relevansi sumber:
BUKU : ILMU & APLIKASI PENDIDIKAN | BAGIAN 2 ILMU PENDIDIKAN PRAKTIS HALAMAN 161-163

Bacaan paling terkait : Diskusi | Teknik Membuka dan Menutup Diskusi
keyword : cara membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan membuka dan menutup pelajaran, teknik membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran, hal hala yang dilakukan dalam membuka dan menutup pelajaran, beberapa hala yang dilakukan pada saat membuka dan menutup pelajaran,

Senin, 09 April 2012

PERUBAHAN MAKNA DALAM BUKU RAGAM BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU.doc

PERUBAHAN MAKNA DALAM  BUKU RAGAM
BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU

PERUBAHAN MAKNA DALAM  BUKU RAGAM BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU.doc


I. PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat dihindari. Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meskipun demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak merta begitu saja.
Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri atau oleh masyarakat, salah satunya yaitu dalam proses pembelajaran di kelas-kelas. Oleh sebab itu penulis memilih meneliti penggunaan kalimat dalam proses pembelajaran dikelas. Dan penelitian ini berjudul “ANALISA PERUBAHAN MAKNA DALAM  BUKU RAGAM BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
1.Bagaimanakah analisis perubahan makna dalam buku ragam bahasa baku dan tidak baku?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1.Mendeskripsikan perubahan makna kalimat  dalam  buku ragam bahasa baku dan tidak baku.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh baik secara praktis diantaranya:
Manfaat Praktis 
a. Bagi mahasiswa memperdalam pemahaman perubahan makna dalam kalimat dalam  proses pembelajaran 
b. Bagi peneliti lain sebagai sumber informasi pengetauan mengenai pemakaian kalimat yang benar dan baku tanpa merubah makna yang dimaksud.

II. KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. BAHASA BAKU
Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari.
Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.
Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesulitan dalam memahami bahasa tutur.

2. CIRI-CIRI BAHASA BAKU
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar.
Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.

3.  BAHASA LISAN 
1.     Pengertian Bahasa Lisan
Moeliono (Ed) (1988:6) mengungkapkan bahwa, ada dua ragam komunikasi yang digunakan manusia dalam aktivitas kegiatan berbahasa, ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan dan ragam tulisan. Penggunaan ragam bahasa lisan memiliki keuntungan, yaitu karena hadirnya peserta bicara sehingga apa yang mungkin tidak jelas dalam pembicaraan dapat dibantu dengan keadaan atau dapat langsung ditanyakan kepada pembicara.
Berkaitan dengan ini, Pateda (1987: 63) menyebutkan bahwa ada empat alasan mengapa bahasa lisan itu penting dalam komunikasi, yaitu:
(1) faktor kejelasan, karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakannya, (2) faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakan, (3) dapat disesuaikan dengan situasi, artinya meskipun gelap orang masih bisa berkomunikasi, dan (4) faktor efisiensi, karena dengan bahasa lisan banyak yang dapat diungkapkan dalam waktu yang relatif singkat dan tenaga yang sedikit. Sebaliknya, berbeda halnya dengan penggunaan ragam bahasa tulisan.
Apa yang tidak jelas dalam bahasa tulisan tidak dapat ditolong oleh situasi seperti bahasa lisan. Dalam bahasa lisan, apabila terjadi kesalahan, pada saat itu pula dapat dikoreksi, sedangkan dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Menurut Badudu(1985: 6), bahasa lisan lebih bebas bentuknya daripada bahasa tulisan karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur, sedangkan dalam bahasa tulisan, situasi harus dinyatakan dengan kalimat-kalimat.  Di samping itu, bahasa lisan yang digunakan dalam tuturan dibantu pengertiannya, jika bahasa tutur itu kurang jelas oleh situasi, oleh gerak-gerak pembicara, dan oleh mimiknya. Dalam bahasa tulisan, alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada.
Dalam penggunaan bahasa lisan, meskipun kalimat yang diucapkan oleh seorang pembicara tidak lengkap, kita dapat menangkap maknanya dengan melihat lagu kalimat dan gerak-gerik kinesik lainnya. Dalam hal ini Uhlenbeck (dalam Teeuw, 1984: 27) menjelaskan bahwa keberhasilan komunikasi tidak tergantung pada efek sarana-sarana lingual saja, pemahaman pemakaian bahasa lisan adalah hasil permainan bersama yang subtil dari data pengetahuan lingual dan ekstralingual, dari informasi auditif, visual, dan kognitif.
Gambaran karakteristik bahasa lisan sebagaimana telah diungkapkan oleh para ahli yang dimaksud yaitu:
a. Kalimat bahasa lisan banyak yang kurang terstruktur ketimbang bahasa tulisan, yaitu:
(1)bahasa lisan berisi beberapa kalimat tidak lengkap, bahkan sering urutan frasa-frasa sederhana, (2) bahasa lisan secara khusus memuat lebih sedikit kalimat subordinat, dan (3) dalam percakapan lisan, kalimat-kalimat pendek dapat diobservasi, dan biasanya berbentuk kalimat deklaratif aktif.
b. Dalam bahasa tulisan terdapat seperangkat penanda metabahasa untuk menandai hubungan antar klausa (bahwa, ketika), juga, seperti, di samping itu, biarpun, selain itu, yang disebut logical connector. Dalam bahasa lisan, penggunaan susunan kalimat dihubungkan oleh dan tetapi, lalu, serta agak jarang jika
c. Kalimat bahasa tulisan secara umum berstruktur Subjek–Predikat, sedangkan dalam bahasa lisan umumnya berstruktur topik komentar.
d. Tuturan formal, peristiwa konstruksi pasif relatif jarang terjadi.
e. Dalam obrolan akrab, penutur dapat mempercayakan petunjuk pandangan untuk membantu suatu acuan.
f. Penutur dapat menjaring ekspresi lawan bicara.
g. Penutur sering mengulangi beberapa bentuk kalimat.
h. Penutur sering menghasilkan sejumlah pengisi (filter), misalkan, baiklah, saya pikir, engkau tahu, tentu, juga (Brown dalam Yule, 1983: 12).
2.      Penggunaan Bahasa Ragam Lisan
Berbicara tentang penggunaan bahasa, tentunya tidak terlepas dari penutur-penutur bahasa itu atau orang yang menggunakan bahasa dalam kehidupan bermasyarakat. Penutur-penutur bahasa itu dalam proses sosialisasinya dapat berfungsi sebagai pembicara, penulis, pembaca, atau penyimak. Penyimak dan pembaca dalam hal proses berbahasa berfungsi sebagai penerima, sedangkan pembicara dan penulis berfungsi sebagai orang yang memproduksi bahasa.
Komunikasi antara pembicara dan pendengar atau penulis dengan pembaca dapat berjalan lancar, apabila di antara kedua belah pihak terdapat dalam masyarakat bahasa yang sama. Dengan demikian, setiap bahasa memiliki seperangkat sistem, yaitu sistem bunyi bahasa, sistem gramatikal, tata makna, dan kosa kata. Perangkat sistem ini ada dalam benak penutur. Saussure memberinya istilah dengan langue, yaitu totalitas dari sekumpulan fakta satu bahasa. Istilah kompetensi diartikan sebagai “… the speaker hearers knowledge of his language …” (Aiwasilah, 1985: 4). Langue adalah sesuatu yang ada pada setiap individu, sama bagi semuanya dan berbeda di luar kemauan penyampainya. Langue adalah suatu sistem yang memiliki susunan sendiri. Langue merupakan norma dari segala pengungkapan bahasa. Berbeda halnya dengan penggunaan bahasa, karena penggunaan bahasa bersifat heterogen. Konsep penggunaan bahasa itu didasari teori Sassure, yaitu diistilahkan dengan parole. Parole adalah bahasa sebagaimana ia dipakai karena itu sangat bergantung pada faktor-faktor linguistik ekstern (Rahayu, 1988: 88).
Setiap penutur dapat dikatakan terampil berbahasa apabila ia memiliki kompetensi atau langue dari bahasa yang dikuasainya. Keterampilan berbahasa pada umumnya jarang dikuasai penutur dengan sama baiknya. Ada penutur yang terampil berbicara, tetapi kurang terampil menulis dan begitu pula halnya dengan keterampilan yang lainnya. Namun, dengan pemakaiannya keterampilan penutur dalam menggunakan bahasa sesuai dengan sistem-sistem di atas, belumlah dapat dikatakan mampu berbahasa dengan baik.
Rusyana (1984: 104) menjelaskan bahwa berbahasa dengan baik berarti bukan saja dapat menguasai struktur bahasa dengan baik, tetapi juga dapat memakainya secara serasi, sesuai pokok permasalahan, tokoh bicara, dan suasana pembicaraan. Untuk itu, setiap penutur harus menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan situasi dan fungsinya.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat adalah bahwa bahasa itu terdiri dari berbagai ragam, ada yang berhubungan dengan pemakaian bahasa, ada pula yang berhubungan dengan pemakaiannya. Dalam hal ini Fishman (1972 : 149) membedakan variasi bahasa tersebut menurut penuturnya, yang disebut dengan dialek, dan variasi bahasa menurut penggunaannya disebut dengan istilah register.
Untuk mengetahui ragam bahasa apa yang dipakai oleh seseorang kita dapat mengenalnya melalui (1) pilihan kata atau leksis, (2) fonologi, (3) morfologi, (4) sintaksis, dan (5) intonasi (Badudu, 1991: 85). Sejalan dengan pendapat tersebut, Nababan (1984: 22) menjelaskan bahwa setiap bahasa memiliki banyak ragam, yang dipakai dalam keadaan atau keperluan/tujuan yang berbeda-beda. Ragam-ragam itu menunjukan perbedaan struktural dalam unsur-unsurnya. Perbedaan struktural ini berbentuk ucapan, intonasi, morfologi, identitas kata-kata, dan sintaksis.
3.      Pelafalan
Masyarakat Indonesia terdiri dari beratus-ratus suku, dan masing-masing suku memiliki bahasa daerah. Bahasa daerah tersebut dipergunakan masyarakat sebagai sarana komunikasi antar suku, dan juga dipergunakan di lingkunagn keluarga. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau bahasa daerah tersebut sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat di Indonesia. Badudu (1985: 12) mengatakan bahwa tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari pengaruh itu seratus persen.Badudu menjelaskan bahwa yang sering sukar dihindari adalah pengaruh lafal bahasa daerah, karena lidah penutur yang sudah “terbentuk” sejak kecil oleh lafal bahasa daerahnya.
Bila seseorang dalam berbahasa lisan terdengar bahasa daerahnya, maka lafalnya tergolong lafal nonbaku. Bila seseorang dalam berbahasa Indonesia tidak terdengar lafal bahasa daerahnya, maka lafalnya digolongkan pada bahasa baku. Badudu menjelaskan, “Lafal bahasa Indonesia baku adalah lafal yang tidak memperdengarkan warna lafal bahasa dialek, juga tidak memperdengarkan warna lafal bahasa asing seperti bahasa Belanda, Inggris atau Arab (1980: 115. Soemantri (1987: 11) mengatakan bahwa lafal bahasa Indonesia yang standar adalah tuturan bahasa Indonesia yang tidak terlalu menonjol ciri lafal daerahnya.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis lakukan. Penelitian mengenai analisis perubahan makna ataupun kesalahan pemakaian kalimat yang terdapat dalam masyarakat sering dilakukan. Untuk penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurun Hihayah dari FKIP PBS Universitas Sebelas Maret dengan judul “ Analisis Kesalahan Kata Baku dan tidak Baku“ Tajuk Rencana” Surat Kabar Kompas (Edisi Januari 2000)”.
Dari penelitian yang dilakukan oleh kelompok kami terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan tersebut yaitu sama-sama menganalisis kesalahan kebahasaan yang ada di masyarakat. Sedangkan perbedaannya yaitu kesalahan kebahasaan dimaksud Nurun Nihayah yaitu kesalahan dalam pemakaian kata baku, sedangkan dalam penelitian ini peneliti merujuk pada kesalahan pemakaian kalimat.
Peneliti dalam menganalisis perubahan makna bukan hanya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurun Nihayah melainkan mengacu pada buku pedoman yaitu buku Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer dan Buku Bahasa Indonesia dalam Masyarakat “Telah Semantik” karya Abdul Chaer dengan penerbit Rineka Cipta.
Dengan ketiga acuan pustaka di atas mempermudah peneliti untuk lebih mendeskripsikan perubahan-perubahan makna dalam penggunaaan kalimat berpidato.

III. METODE PENELITIAN
 Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2006 : 136). Dalam hal ini dipaparkan objek penelitian, fokus penelitian, sumber penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. OBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah kalimat yang terdapat dalam buku ragam bahasa baku dan tidak baku.

B. FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan pada perubahan makna dan kesalahan penggunaan kalimat pada buku ragam bahasa baku dan tidak baku.

C. METODE ANALISIS DATA
Metode yang dihunakan dalam penelitian ini adalh metode agih. Metode agih adalah metode analisis bahasa yang alat penelitiannya justru dari bahasa yang bersangkutan sendiri.
Teknil-teknik yang digunakan dari metode agih sebagai berikut :
1. Teknik Lesap 
Dilakukan dengan melesapkan (melepaskan, menghilangkan, menghapuskan, dan mengurangi) unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan.
2. Teknik Ganti
Teknik ganti merupakan teknik penggantian unsur satuan lingual data terhadap data yang lain.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi. Teknik observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan atau data yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis.

IV. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. PENYAJIAN DATA
Data dalam penelitian ini adalah sejumlah kalimat yang akan diteliti yaitu kalimat dalam buku ragam bahasa baku dan tidak baku.

B. PEMBAHASAN DATA
1. Sudara ketua, para hadirin yang terhormat,
Kalimat tersebut jelas salah, karena mengandung makna jamak. Kata para sudah menyatakan jamak, begitu juga kata hadirin, sudah mengandung makna semua orang yang hadir, oleh karena itu tidak perlu dijamakkan lagi dengan menempatkan kata peserta para.
 Kalimat yang benar adalah: saudara ketua, hadirin yang terhormat,…..

2. Waktu kami menginjak klinik di bulan September… 
Kalimat diatas jelas salah, karta majemuk tidak tepat diapaki seharusnya memasuki, kata perangkai “di” tidak boleh ditempatkan didepan kata tidak menunjukkan kata tempat, jadi diganti dengan pada. 
Kalimat yang benar adalah: waktu kami memasuki klinik pada bulan September…..

3. Berhubung beryangkitnya penyakit cacar perlu diambil tindakan…..
 Kalimat diatas salah, kata penghubung yang harus selalu diikuti oleh, dengan, dan dibelakang kata cacar lebih baik dibubui koma. 
Jadi kalimat yang benar adalah: berhubung dengan berjangkitnya penyakit cacar, perlu diambil tindakan…..

4. Atas perhatian saudara dihaturkan banyak terima kasih. 
Kalimat diatas salah karena kata dihaturkan tidak ada dalam bahasa Indonesia, yang ada kata diucapkan selanjutnya kata banyak juga tidak dipakai, karena tidak lazim. 
Jadi kalimat yang benar adalah: atas perhatian saudara diucapkan terima kasih…..

5. Seluruh sekolah-sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu. Kalimat diatas salah. Kata seluruh sudah menunjukkan jamak. Jadi tidak perlu kata yang didepannya diulang, cukup seluruh sekolah. Selanjutnya kata depan di harus dipisahkan. Penulisan kata sisitim seharusnya sistem. 
Jadi kalimat yang benar adalah seluruh skolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu.

6. Seluruh anggauta perkumpulan itu harus hadlir pada jam 14.00 siang.
Kalimat diatas salah.
I. Penulisan anggauta seharusnya anggota.
II. Penulisan hadlir seharusnya hadir (hiperkorek).
III. Menunjukkan waktu dipakai kata yang tepat adalah pukul.
Jadi kalimat yang benar adalah:
Seluruh anggota perkumpulan itu harus hadir pukul 14.00..

7. Sejak mulai dari hari Senen yang lalu sangat sedikit sekali perhatiannya dipelajaran itu.
Kalimat diatas salah.
I. Kata sejak, mulai, dan mencakup pengertian yang sama. Jadi pilih salah satu.
II. Kata Senen adalah non baku, yang baku adalah Senin.
III. Kata sangat, sekali mencakup pengertian yang sama.
IV. Kata depan “di” pada kata dipelajari tidak tepat, seharusnya pada pelajaran.
Jadi kalimat yang benar adalah:
Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran.
Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran itu.

8. Saya sudah umumkan supaya setiap mahasiswa-mahasiswa datang besok hari
Sabtu yang akan datang.
Kalimat diatas salah.
I. Saya sudah umumkan, bahasa yang non baku, tidak memakai pola frase verba.
II. Kata setiap sudah menunjukkan jamak tidak perlu kata yang di depannya diulang.
III. Kata besok tidak perlu, sebab membingungkan.
Kalimat yang benar:
Sudah saya umumkan supaya setiap mahasiswa datang hari Sabtu yang akan datang.

9. Adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan resmi negara.
Kalimat di atas salah.
1. Ungkapan adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa adalah ungkapan mubazir,tanpa ungkapan itu makna sudah jelas pembaca sudah memahaminya.
Kalimat benar adalah:
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa resmi negara.

10. Sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu biasanya dilakkukan tiga kali seminggu.
Kalimat diatas adalah salah.
I. Penggunaan kata biasanya tidak perlu, karena makna kata itu sudah tersirat dalam ungkapan sebagaimam telah ditetapkan
II. Penulisan kata se- Minggu non bakau, yang baku adalah seminggu. Kalimat yang benar adalah sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu dilakukan tiga kali seminggu.

V. SIMPULAN
1. Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar.
2. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau yang digunakan karena untuk memahaminay dibutuhkan daya nalar yang tinggi.
3. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seseorang akan menaikkan
prestisenya.


VI. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta:
Antar Kota.
--------------------. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik Dan Benar. Jakarta.
--------------------. 1993. Pembukaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.
Badudu, j.s. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhrata Media.
Chaer, abdul. 1989. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum. Jakarat: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1979. Pedoman Umum Ejaan yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html


key word : bahasa baku, bahasa tidak baku, download makalah bahasa indonesia baku dan tidak baku.

Rabu, 04 April 2012

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DIKALANGAN AKADEMIS

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DIKALANGAN AKADEMIS

A. Latar Belakang
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya dikalangan masyarakat tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu teori yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian juga, masih ada sindiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah”. Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan. Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan.
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam kehidupan. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaannya, namun dalam praktiknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Apalagi Indonesia merupakan negara yang mempunyai ragam budaya. Dari berbagai ragam budaya menunculkan beranekaragam bahasa daerah dari beberapa budaya yang ada di Indonesia. Untuk menyatukan beragam bahasa daerah yang ada, agar terjalin suatu komunikasi walaupun berbeda budaya salah satunya menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa baku merupakan bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang menggunakan bahasa indonesia pasti memakai dua macam bahasa, bahasa baku dan nonbaku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di ats, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana respon peserta didik dalam menggunakan Bahasa Indonesia Baku?  dan Bagaimana mahasiswa dapat mengembangkan kepribadian yang baik dengan memiliki ragam bahasa yang baik? 
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan:
Untuk mengetatahui respon peserta didik dalam menggunakan Bahasa Indonesia Baku.
Untuk mengetahui kepribadian mahasiswa dalam mengembangkan jati diri yang baik dengan memiliki ragam bahasa yang baik pula.
D. Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini amat berguna bagi masyarakat  khususnya kaum pelajar, karena bisa memahami dan mengimplementasikan bahasa baku dengan baik dan benar.

II. KAJIAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia mengatakan bahwa “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa. Keseragaman bahasa dalam bentuk berarti bahwa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak.
 Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.

Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.
Penggunaan Kata-Kata Baku sebaiknya masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan menggunakan ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.(Rohman,2010:12)

B. Tinjauan Pustaka
Bahasa yang dipergunakan di dalam situasi tidak resmipun dianggap sebagai bahasa baku. Makna baku tampaknya tidak dipahami secara benar, apalagi makna bahasa baku. Hal ini disebabkan oleh keengganan orang mencari makna istilah baku dan bahasa baku itu di dalam kamus Umum atau Kamus Istilah Linguistik, baik dari bahasa Indonesia maupun dari bahasa Asing, terutama dalam bahasa Inggris.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta menuliskan:
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya; (2) sesuatu
yang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga; standar).
baku II
saling (1976 : 79).
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku
juga ada dijelaskan.
baku I
(1) pokok, utama; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas
atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan;
standar;
baku II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar.
baku II
(Manado), saling (1996 : 114)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata tersebutpun belum cukup memahami dari konsep yang sebenarnya. 

Namun disisi lain, saat bahasa Indonesia mulai diterima dan diresmikan sebagai bahasa persatuan neagara Indonesia, tidak ada yang memikirkan bahwa bahasa Indonesia itu
akan mempunyai ragam bahasa karena negara Indonesia itu beragam budayanya. Tidak ada yang menyangka kecuali beberapa pakar yang memiliki wawasan bahwa“bahasa Indonesia seragam” hanyalah merupakan semboyan kosong. Suatu kenyataan yang wajar bahwa dalam pertumbuhan bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi bahasa seperti halnya bahasa manusia lainnya.

Bahasa baku juga  mempunyai empat fungsi, tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif.
Pertama, bahasa Indonesia baku  merupakan pemersatu. Bahasa Indonesia baku pemersatu atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan membatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau cirri manusia Indonesia modern.
Kedua, bahasa Indonesia baku merupakan cirri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat Indonesia. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya.
Ketiga, bahasa Indonesia baku merupakan penambah wibawa. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Disamping itu, pemakaian bahasa yabg mahir berbahasa Indonesia baku ”dengan baik dan benar” memperoleh wibawa dimata orang lain. Fungsi yang menyangkut kewibawaan itu juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara psikologis akan mengidentifikasi bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, jalan raya yang besar. 
Keempat, bahasa Indonesia baku juga sebagai kerangka acuan. Bahasa Indonesia baku sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
Pembakuan atau perstandaran bahasa dapat diselenggarakan oleh badan pemerintah yang resmi atau oleh organisasi swasta. Di Amerika misalnya, para penerbit mengeluarkan pedoman gaya tulis-menulis yang kemudian dianggap baku sehingga pengarang yang ingin menerbitkan karyanya, mau tidak mau mengikuti petunjuk yang ditentukan oleh pihak penerbit. Diantara penerbit Indonesia tidak ada pengangan yang mantap. Ada yang mengizinkan perangkaian penulisan angka 2 dalam teks buku walaupun sudah ada pedoman umum ejaan yang resmi. Mengingat kedudukan bahasa nasionalnya yang amat penting dalam peri kehidupan warga negaranya, di Indonesia ada badan pemerintah yang ditugasi menangani pembakuan bahasa, yaitu Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Karena ragam bahasa dunia pendidikan didahulukan dalam proses pembakuan ini, maka kerja sama antara badan pemerintah itu dengan para guru dan pengembang ilmu diberbgai jenis lembaga pendidikan merupakan prasyarat bagi berhasilnya pembakuan bahasa. Hal itu tidak mengilatkan bahwa kerjasama dan dukungan golongan lain seperti pengasuh media massa dan kalangan Pembina pendapat umum, tidak diperlukan.
Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat putusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan pada praktik pengajaran bahasa kepada khalayak, maka dapat dengan lebih mudah dibuat pembedaan antara bahasa yang benar dengan yang tidak. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Jika orang sudah membedakan pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk bahasa, perbedaan paham itu mendadakan tidak atau belum adanya bentuk baku yang mantap. Jika dipandang dari sudut itu, kita mungkin  berhadapan dengan bahasa yang semua tatarannya sudah dibakukan atau yang sebagiannya sudah baku, sedangkan bagian yang lain masih dalam proses pembakuan, ataupun yang semua bagiannya belum atau tidak akan dibakukan. Bahasa Indonesia agaknya termasuk golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah distandarkan, kaidah pembentukan kata yang sudah tepat dapat dianggap baku, tetapi pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan sehari – hari belum mantap.
III. METODE
Dalam penelitian hingga penyusunan makalah ini digunakan metode ilmiah, berupa kepustakaan dan observasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data kepustakaan
2. Melakukan observasi (pengamatan ) dengan cara wawancara untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil yang didapat dari observasi yang dilakukan 
3. Melakukan analisis dan kesimpulan dari hasil observasi
Pada observasi tersebut variabel bebas atau penyebabnya adalah kurangnya  pemahaman dalam penggunaan bahasa baku  baik dalam lingkungan akademis ataupun dalam lingkungan keseharian.Ataupun dalam lingkungan akademis hanya digunakan dalam acara-acara tertentu saja seperti pada rapat,presentasi,pidato,dalam pembuatan jurnal ilmiah,dalam kegiatan belajar  mengajar,kegiatan sosial,dan digunakan pada saat perkenalan.
Dan penggunaan bahasa baku dalam lingkungan keseharian hanya digunakan oleh orang-orang tertentu,seperti presiden,para pejabat,para PNS,ataupun orang-orang yang biasa hidup diperkotaan.
Jadi kesimpulannya penggunaan bahas baku dalam lingkungan akademis hanya digunakan pada acara resmi,sedangkan penggunaan bahasa baku dalam lingkungan keseharian hanya digunakan oleh orang-orang tertentu.

IV. PENYAJIAN DATA dan PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Dalam observasi yang kami lakukan, dengan metode wawancara :
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Apakah anda sudah mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Dari pertanyaan tersebutlah kami mengutarakan kepada mahasiswa/mahasiswi khususnya di lingkungan Universitas.
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab: Sudah, saat berkomunikasi dengan dosen atau pada saat forum resmi
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab: Belum, karena binggung
Apakah anda sudah mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab: Belum
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab: Bahasa Baku adalah Bukan Bahasa Baku
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab:Belum, karena macih terbawa bahasa jawa dan bahasa daerah.
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab:Belum, masih campuran.
Apakah anda sudah mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab:Ya, tergantung dengan kondisi kita ada di mana.
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab: Bahasa yang digunakan di pada forum resmi.
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab:Sudah, penerapan sangatlah bagus karena membentuk jati diri bangsa.
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab:Pastinya kalau diorganisasi pake  bahasa Indonesia baku, tapi jika di luar pake bahasa campuran antara bahasa indonesia dengan bahasa daerah.
Apakah anda sudah mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab:Lebih sering menggunakan  bahasa baku,karena pengaruh lingkungan saya terutama dalam keluarga saya karena keluarga saya dari Jakarta,dan orang tua saya termasuk pejabat diknas.
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab:Bahasa yang sesuai dengan EyD ( Ejaan yang Disempurnakan ).
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab: Kadang-kadang,sesuai dengan kondisi kita ada dimana.
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab: Sudah, dalam perkuliahan.
Apakah anda sudah  mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab: Seringnya kami menggunakan bahasa non baku.
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab: (Age) Bahasa yang formal, (Arum) Bahasa yang kaku, (Tri) Bahasa yang sesuai dengan EyD, (Rizky) Bahasa yang sopan.
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab: Sudah, tetapi dengan teman sebaya pada saat berbicara menggunakan bahasa non baku dan bahasa daerah.
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab: Sudah pada saat presentasi, mengajukan pertanyaan, pada saat rapat, dan pada saat berpidato.
Apakah anda sudah  mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab:Belum,yang sering menggunakan Bahasa Daerah.
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab: Bahasa yang sudah resmi dan sesuai dengan EyD.
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab: Selama ini, saya belum menerapkan Bahasa Baku, lebih sering ke Bahasa Daerah.
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab:pada saat perkuliahan berlangsung didalam kelas.
Apakah anda sudah mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab: Yang saya gunakan Non Baku.
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab: Bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Apakah anda sudah menerapkan berbaku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan lingkungan akademis?
Jawab: Sudah
Apakah anda telah menerapakan bahasa baku dalam lingkungan akademis?
Jawab: Sudah saya terapakan di lingkup Akademis.
Apakah anda sudah  mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (baku/non baku)?
Jawab:Bahasa Baku dan Non Baku sudah saya aplikasikan dalam lingkungan.
Apakah anda mengerti Bahasa Baku?
Jawab: Bahasa Indonesia yang sudah sesuai dengan EyD dan termasuk bahasa yang resmi.

B. Analisa Data
Hasil Presentase Wawancara di Lingkungan Kampus
Hasil Presentase Wawancara di Lingkungan Kampus

Dari hasil presentase yang tertera di atas maka dapat dilihat bahwa mengaplikasikan bahasa baku  sangat rendah, rata-rata menggunakan bahasa non baku dan bahasa daerah.
Presentase Pengertian Bahasa Baku  menempati urutan  tertinggi kemungkinan disebabkan  karena Pengetian Bahasa Baku  sudah sering  mereka dengar dari orang-orang disekitar mereka, misalkan guru mereka saat di Sekolah. Memang sangat susuah menerapakan bahasa abaku dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
Dari semua ciri bahasa baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4 (lafal baku) yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari ragam akrab hingga ragam beku. Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.
Jadi, semakin baik dan benar suatu bahasa yang digunakan maka semakin akrab hubungan 

V. SIMPULAN
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam kehidupan. Bahasa baku merupakan bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang menggunakan bahasa indonesia pasti memakai dua macam bahasa, bahasa baku dan nonbaku. Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia mengatakan bahwa “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa. Keseragaman bahasa dalam bentuk berarti bahwa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kode yang mutlak.
Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.

Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur. Penggunaan Kata-Kata Baku sebaiknya masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.
 Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan menggunakan ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.

VI. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 Saifur, Rohman. 2012. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku. Http:id.wikipedia.org/wiki/kata. 7 januari. 16.32.
Oji. 2012. Ciri Bahasa Indonesia Baku.www.ojimori.com. 7 januari. 17.30.